Featured Products

Vestibulum urna ipsum

product

Price: $180

Detail | Add to cart

Aliquam sollicitudin

product

Price: $240

Detail | Add to cart

Pellentesque habitant

product

Price: $120

Detail | Add to cart

KONDAGA FC - A'alapame

KONDAGA FC

MAHASISWA ASAL KABUPATEN TOLIKARA PALANG KANTOR PERWAKILAN PAPUA DI JAKARTA

Jakarta-(bempapua.pos)-Senin 26 Juli/2010;Mahasiswa asal kabupaten tolikara se-jawa dan bali palang kantor perwakilan papua di jakarta,dengan alasan dana tugas akhir diluar papua tidak dibagikan kepada mahasiswa asal kabupaten tolikara yang kuliah diluar papua.

Ratusan mahasiswa asal kabupaten tolikara se-jawa dan bali mulai melakukan pemalangan kantor perwakilan papua di jakarta,senin jam 08-00 Wib.Sampai sore 17-00 Wib.Ketua Badan Pengurus Harian Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Tolikara (BPH-PMPT) ,se-Jawa dan Bali ,Tommy O .Erelak mengatakan bahwa,dari tahun 2009-2010,kami tidak dibagikan danah tugas akhir dan dana pemondokan atau kontrakan asrama berapa kota study se-jawa dan bali dan kami pertanyakan kepada pemerintah daerah kabupaten tolikara,mengapa seluruh papua sudah dibagikan dana tugas akhir,tapi kami mahasiswa diluar papua dalam dua tahun ini belum dapat sampai saat ini.

Tommy Erelak ,dengan tegas menyatakan bahwa,kami tetap bermalam di kantor perwakilan papua di jakarta,waktu yang tidak ditentukan sampai ada jawaban dari pemerintah daerah kabupaten tolikara.

Salah satu pengurus ikatan mahasiswa tolikara Yan Wenda menambahkan bahwa,kawan-kawan kami mahasiswa asal tolikara yang lainya masih perjalan menuju ke jakarta untuk bergabung dengan kami dan juga kami mahasiswa asal tolikara menduga bahwa dana pendidikan akan dipergunakan untuk pemilikada periode 2010/2015.

Sebagai ketua Tommy menambahkan bahwa,tuntukan kami tidak dijawab oleh pemerintah daerah kabupaten tolikara,maka pemilukada harus dibatalkan,karena kami generasi mudah kabupaten tolikara masih peduli dengan daerah kami disana dan juga setelah kami kuliah juga pasti akan kembali ke daerah kami untuk membangun kabupaten tersebut.

Kami juga kesal terhadap Bupati kami kabupaten tolikara,mengapa Bupati lain di papua bisa mengambil kebijakan untuk mahasiswa diluar papua mendapatkan perhatian khusus,tapi kami mahasiswa asal tolikara dalam dua tahun ini memang banyak kendala,kawan-kawan kami tidak selesaikan tugas akhir mereka,akibat kekurangan dana untuk menyelesaikan tugas akhir,karena biayanya sangat mahal.Tommy suara dengan keras menyatakan bahwa bupati kami segera datang ketemu kami untuk menjelaskan alasanya mengapa tidak dibagikan dana tugas akhir se-jawa dan bali,kalau tidak kami tetap tingal di kantor perwakilan papua di jakarta sampai permintaan kami digabulkan oleh pemerintah daerah kabupaten tolikara.(O W)

KOPI ARABIKA ASLI PAPUA

Banz Kofi Fektori Ltd

Fresh from the Highlands
In the heart of Papua New Guinea’s Western Highlands, an entrepreneurial expatriate Australian is nurturing a unique coffee business. Based in the provincial capital of Mt Hangan, Patrick Killoran’s Banz Kofi produces a signature blend of freshly-roasted Arabica coffee.
According to Patrick, the Western Highlands’ high altitudes and relatively cool climate, are ideal for cultivating the internationally-prized Arabica beans.
“We wanted to prove top-quality coffee can be produced in Papua New Guinea. We’ve focused on perfecting our signature blend and after 20 years we think we’ve come pretty close,” Patrick says.
Patrick says the coffee has a buttery aroma with hints of chocolate and tropical spices, and an even sweeter taste.
The company selects top-quality beans from villagers throughout the province, who cultivate crops according to traditional methods, free from chemicals or sprays.
Villagers have cultivated Arabica coffee plants since the early 1950s and now produce more than 25,000 tonnes of raw beans for export each year, providing them with an important income source.
Originally from Queensland, Patrick Killoran first travelled to Papua New Guinea in 1976 to help out a friend who’d begun cultivating coffee in the rich, fertile soils of the Waghi Valley. He enjoyed the work so much, he decided to stay, starting his own business – Banz Kofi – in the early 1990s.
The business grew from there and they are now roasting coffee to order for customers nationwide and exporting to New Zealand, Australia, the US and Canada.
Patrick lives and breathes coffee and is on a perpetual quest to enhance his business and product.
He has invested in a brand new factory, where coffee is processed and packaged and also plans to develop a restaurant showcasing locally-sourced ingredients, including Banz coffee, and offering tours to learn how coffee is grown and processed.
 “We take a lot of pride in producing our coffee and are passionate about growing the local industry. The focus is always on maintaining quality and showing we can make unique premium products here, which in turn, support the many people who help to create them,” he says.